Kuliner yang satu ini asli Indonesia tepatnya berasal dari daerah Yogyakarta Jawa Tengah. Sangat patut mendapat klaim resmi di dunia Internasional sebagai makanan khas Indonesia. Membuat gudeg yang lezat dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan mengingat proses pembuatan yang tidak mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 5-6 jam bahkan bisa lebih dari itu.
Hingga saat ini untuk menelusuri sejarah gudeg, siapa penemunya? hanyalah bersumber dari cerita-cerita penduduk lokal, tidak ada literatur khusus/ resmi sebagai acuan. Ternyata sebagai makanan tradisional khas Jogjakarta, gudeg bukan
berasal dari dalam lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada yang bilang gudeg ada sejak dibukanya alas (hutan) Mentaok untuk
pembangunan Kraton Mataram. Konon, ketika membebaskan hutan, di situ
terdapat banyak tumbuh pohon nangka muda (gori) sebagai bahan baku utama
gudeg, selain itu juga terdapat pohon kelapa yang tumbuh di pinggir
hutan dan tepi sungai. Suatu ketika para prajurit yang bertugas memasak
gori dan santan dari kelapa diminta prajurit lain yang bertugas menebang
pohon, ternyata gori yang telah bercampur santan itu lupa diangkat
selama 6-8 jam. Namun, dari ‘kecelakaan’ itu justru menciptakan makanan
baru bernama gudeg. Ada juga yang bilang, penemu gudeg bukan prajuit Mataram yang
bertugas di dapur umum. Gudeg ditemukan oleh seorang istri prajurit yang
bernama Sri Sumantri. Wanita ini pertama kali memasak gudeg menggunakan
nangka muda yang dicampur dengan gula dan santan pada 1557 M.
Untuk melacak eksistensi gudeg biasanya
dari warung-warung penjual gudeg itu sendiri. Di selatan Plengkung
Tarunasura (Plengkung Wijilan) berderet warung-warung gudeg. Di antara
warung tersebut, warung ibu Slamet yang pertama kali merintis usaha
gudeg, yakni pada 1942.
Baru pada 1950-an, muncul warung gudeg Campur
Sari dan Warung Gudeg Ibu Djuwariah yang dikenal dengan Gudeg Yu Djum.
Meski warung ibu Slamet yang pertama menjual gudeg, tetapi Gudeg Yu Djum
yang dikenal sampai kini. Bahkan Warung Campur Sari sempat tutup pada
1980-an dan 13 tahun kemudian muncul dengan brand berbeda, yakni Gudeg
ibu Lies yang dimiliki ibu Elies Dyah Dharmawati itu.
Di lokasi berbeda, di sisi Barat areal gedung
bioskop jalan Sultan Agung, Yogyakarta, terdapat Gudeg Permata yang
dirintis oleh ibu Pujo sekitar 1951. Dinamakan Gudeg Permata, karena
nama bioskop di lokasi warung gudeg itu berada adalah Permata. Bioskop
Permata itu sendiri sudah berdiri sejak 1940-an. Tapi sampai sekarang gudeg Yu Djum masih tetap eksis, enaaak dan banjir pelanggan (termasuk saya). Biasanya gudeg di daerah Wijilan ini tetap buka saat hari libur maupun hari raya.
Sejarah diatas saya ambil dari berbagai sumber dan beberapa blog, seperti kompasiana, dll.
Gudeg merupakan salah satu kuliner favorit saya, dan resep berikut ini saya kutip dari menuinternasional.blogspot.com. Semoga bermanfaat.
Bahan-bahan serta bumbu untuk membuat gudeg :
- 1 kg nangka muda namun jangan gunakan yang masih sangat muda, nangka dipotong-potong
- 12 butir telur rebus (kupas kulit cangkangnya agar lebih meresap bumbunya)
- 1000 ml air kelapa
- 1 sdt cuka
- 10 lembar daun salam
- 8 iris lengkuas dengan ukuran 8cm yg diiris melintang
- 200 gram gula merah, iris/sisir halus
- 2000 ml santan kelapa, bikin hasil dari parutan 1 butir kelapa
Bumbu-bumbu yang dihaluskan :
- 15 siung bawang merah
- 10 siung bawang putih
- 4 ½ sendok teh ketumbar
- Garam secukupnya
Cara Membuat Gudeg Komplit Khas Daerah Istimewa Yogyakarta :
- Siapkan panci dengan alas yang tebal, letakkan daun salam di dasar panci sebagai alas, lalu di atasnya letakkan irisan lengkuas atau laos. Kemudian masukkanlah kedalam panci dengan urutan potong-potongan nangka muda, telur yang sudah direbus, serta gula merah.
- Campurkanlah bumbu-bumbu yang telah dihaluskan sebelumnya dengan 500 ml air kelapa atau cuka, aduk-aduk hingga rata dan larut lalu tuangkan ke dalam panci.
- Tambahkan secukupnya air kelapa setinggi permukaan nangka dan telur hingga terendam. Tutuplah panci dengan rapat, masaklah semua bahan di dalam panci diatas api sedang dan sangat diharapkan jangan sekali-sekali dibuka tutupnya sebelum 2 jam. Setelah dimasak selama 2 jam, bukalah tutupnya. Jika airnya sudah berkurang sedikit setelah dimasak, angkatlah terlebih dahulu telurnya dan sisihkan di tempat lain sementara agar tidak hancur.
- Masukkanlah santan, aduk-aduklah dengan menggunakan sendok kayu sambil ditekan-tekan untuk menghancurkan potongan-potongan nangka. Masukkan kembali telur yang tadi sudah dipisahkan sampai sedikit agak terkubur ke dalam nangka.
- Kemudian masaklah lagi dengan mengguaan api kecil sambil diaduk sesekali sampai benar-benar matang, ini membutuhkan waktu selama kira-kira 3 ½ jam atau saat santan habis terserap dan gudeg udah berwana coklat kemerahan.
- Sajikan gudeg Jogja dengan tuangan areh atau kuah opor ayam secukupnya kental di atas gudeg nangka.
kak aku buat gudeg tapi kok warna g merah ya?
BalasHapus